Tentang gua....
- Aldi Rocket 7
- Riot City, Jawa Barat, Indonesia
- saya cukup friendly n open minded. Kadang bisa menyenangkan, kadang membosankan, menyebalkan, dan kadang jg emosional dan cenderung nekad. Saya Insomnia, moody, complicated, introvert. Tp saya bukan pengganggu atau perusak :)
Jumat, 24 Desember 2010
Strategi Pembangunan Sektor Koperasi Dengan Partisipasi Masyarakat
pemenuhan syarat-syarat tertentu, sebagaimana layaknya dalam pelaksanaan suatu
proses. Pembangunan itu merupakan proses dinamik, karena koperasi adalah lembaga
yang hidup dan beraksi terhadap perubahan kondisi internal maupun eksternal.
Mengingat koperasi merupakan lembaga milik sekelompok masyarakat, yang dibangun
sendiri oleh masyarakat bersangkutan, dengan maksud untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar ekonomi masyarakat tersebut, maka dapat dipahami bahwa koperasi harus mampu
melaksanakan berbagai kegiatan kegiatan ekonomi. Kegiatan mana, harus terkait dengan
upaya untuk memenuhi kepentingan ekonomi para anggotanya pada tingkat usaha yang
efektif dan efisien. Dengan demikian kegiatan itu harus terencana, yaitu dengan melalui
penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi yang khas sifatnya.
Sehubungan dengan hal itu perlu dipahami peran berbagai faktor yang mencakup
kriteria-kriteria prasyarat, yaitu faktor-faktor yang dianggap sangat menentukan bagi
keberhasilan dan kesinambungan koperasi yang dibangun. Selanjutnya, setelah prasyarat
dipenuhi, maka koperasi berarti sudah siap lahir dan siap tumbuh. Tetapi faktor yang
tergolong sebagai syarat keberhasilan, bagi tumbuhnya koperasi bersangkutan dimasa
mendatang. Syarat tersebut menjadi komponen pokok yang perlu dipenuhi dan
diwujudkan, agar koperasi itu dapat berprestasi dan dapat disebut sebagai koperasi yang
berhasil. Artinya bila syarat keberhasilan itu tidak terpenuhi, maka koperasi bersangkutan
dapat dianggap tidak berhasil dalam proses pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian bisa saja satu koperasi dibentuk, akan tetapi koperasi yang telah
mampu memenuhi prasyarat yang ditetapkan itu untuk selanjutnya ternyata tidak mampu
tumbuh normal, dengan mengikuti syarat-syarat yang ditetapkan, ataupun kalau dapat
tumbuh maka pertumbuhan koperasi itu menjadi sangat lambat atau dapat dinyatakan
dengan ”hidup segan, mati tak mau”.
Pemahaman tetang hal-hal tersebut tidak kalah penting bila dibanding dengan upaya
memahami sejumlah langkah-langkah pembinaan atau mengenali sejumlah hambatan dan
kendala pertumbuhan koperasi, yang mengharuskan kita membawa koperasi itu kembali
pada jati dirinya (menerapkan pendekatan ”back to basic”).
Pemberdayaan anggota mencakup pemberdayaan kapital (bantuan modal) dan
pemberdayaan knowledge, yang meliputi peningkatan kemampuan manajemen, skill dan
pemahaman yang benar mengenai prinsip-prinsip koperasi melalui pendidikan dan
pelatihan. Pemberdayaan ini akan memberikan dampak peningkatan pertisipasi anggota.
Memang harus diakui bahwa peningkatan partisipasi anggota bukanlah dampak
langsung dari pendidikan dan pelatihan. Partisipasi anggota merupakan fungsi dari
intrinsik anggota dan nilai ekstrinsik yang berasal dari luar anggota itu sendiri.
Peningkatan partisipasi merupakan outcome atau dampak positif tidak langsung dari
pendidikan dan pelatihan. Peningkatan partisipasi anggota ini diharapkan akan
memberikan dampak kepada kinerja koperasi yang ditandai dengan 5 indikator
keberhasilan koperasi. Peningkatan kinerja koperasi yang ditandai akhirnya akan
menghasilkan tujuan yang hendak dicapai yakni kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota harus memperhatikan
beberapa aspek sebagai berikut:
a. Dominasi pemerintah (pemerintah daerah) dalam pendidikan in service/diklat
harus dikurangi karena di masa lalu telah menimbulkan ketergantungan koperasi
kepada Pemerintah sehingga mengurangi pemupukan rasa percaya diri dan
kemampuan menolong dirinya sendiri bagi koperasi;
b. Harus jelas konsep ”link & matc”, karena penyelenggaraan diklat pada masamasa sebelumnya tersentralisasi dan berdasarkan pemikiran-pemikiran dari atas,
belum pernah dilakukan analisis kebutuhan pelatihan, yang bersumber kepada
kebutuhan koperasi. Hingga kini pendidikan yang sudah dilaksanakan masih
belum mengarah kepada kebutuhan koperasi;
c. Dana pendidikan dari gerakan koperasi secara formal merupakan salah satu
sumber dana pendidikan koperasi, namun pada kenyataannya dana tersebut
belum optimal terkumpul;
d. Pemerintah daerah harus memiliki akreditasi untuk lembaga penyelenggara
pendidikan termasuk standarisasi materi pelatihan;
e. Peserta harus dipersiapkan dengan baik, karena pendidikan dan pelatihan di
masa depan tidak gratis. Pada masa lalu umumnya peserta tidak dipersiapkan
dengan baik, lebih-lebih karena pendidikan bersifat gratis, sehingga yang dilatih
orangnya tetap sama atau tidak relevan dengan tugasnya;
f. Perlu ada evaluasi yang menyeluruh mengenai dampak dari diklat terhadap
kinerja koperasi.
Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan maka Pemerintah Pusat bersama-sama
dengan Pemerintah Daerah dan Dewan Koperasi Indonesia melakukan tugas sebagai
berikut :
1. Secara bertahap mengintegrasikan, mengkoordinir dan mengkonsolidasikan
potensi pendidikan dan pelatihan perkoperasian secara nasional;
2. Secara bertahap dan simultan memberdayakan dan mengkoordinir potensi
lembaga-lembaga dan pelatihan perkoperasian yang dimiliki oleh negara (antar
departemen), Gerakan Koperasi (LAPENKOP), Perguruan Tinggi, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga-lembaga pendidikan swasta
pelaksana pendidikan koperasi.
3. Secara pro aktif memberdayakan lembaga-lembaga pendidikan perkoperasian
yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam kerangka semangat otonomi
daerah.
4. Menentukan kebijaksanaan pokok program pendidikan dan pelatihan
perkoperasian yang mencakup sistem, metodologi, kurikulum, silabus, sistem
evaluasi, kelompok sasaran, dan bahan serta alat bantu;
5. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan perkoperasian sesuai dengan
rencana dan kebutuhan.
Sumber : http://www.smecda.com/kajian/files/laporan/LAP_AKHIR_KAJIAN_IMPLIKASI/BAB-6.pdf
Rabu, 22 Desember 2010
Strategi Pembangunan Sektor Koperasi Dengan Partisipasi Masyarakat
Meningkatkan peran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah sebagai pusat perumusan kebijakan dan koordinator pemberdayaan koperasi dan UKM dalam mendorong kebangkitan ekonomi nasional.
Mewujudkan kemandirian koperasi dan UKM sebagai pelaku strategis dalam perekonomian nasional melalui peningkatan akses kepada sumberdaya produktif dalam rangka pemulihan ekonomi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis pada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju dan berwawasan lingkungan.
Meningkatkan peran koperasi dan UKM sebagai penopang ekonomi nasional yang kokoh dalam rangka kebangkitan ekonomi nasional serta mendorong dan memfasilitasi pengembangan, pemanfaatan dan peningkatan nilai tambah sumberdaya koperasi dan UKM.
Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam kerangka peberdayaan koperasi dan UKM secara terpadu.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Koperasi telah menyusun program operasional berupa kebijakan-kebijakan diantaranya;
(a). Program penumbuhan iklim usaha yang kondusif;
(b). Program peningkatan akses kepada sumberdaya produktif;
(c). Program pengembangan kewirausahaan yang berkeunggulan kompetitif; dan
(d). Program peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pemberdayaan koperasi dan UKM secara terpadu.
Dalam pembangunan dan pengembangan koperasi banyak strategi dan metode yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung. Walaupun sudah banyak keberhasilan yang dicapai, namun karena berbagai hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya, maka masih banyak hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peranan koperasi sesuai dengan yang diharapkan. Kendala utama yang dihadapi adalah: (a) terbatasnya kemampuan SDM koperasi untuk menyerap dan mengaplikasikan kebijakan yang sudah ada, (b) kecenderungan iklim politik dan ekonomi yang tidak kondusif juga mempengaruhi upaya pengembangan koperasi, (c) relatif rendahnya tingkat kepedulian pembina dan instansi terkait terhadap upaya pengembangan koperasi di masing-masing unit kerja, (d) kondisi perdagangan bebas (arus globalisasi) memnuntut koperasi tidak hanya sekedar tetap eksis bertahan, akan tetapi juga dituntut mampu meningkatkan pelayanan dan produktivitas anggotanya sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi, (e) adanya kesenjangan struktural yang cukup lebar antara koperasi dengan usaha besar dalam perekonomian nasional, karena ketidakseimbangan laju pertumbuhan keduanya, (f) masih ditemukan tumpang tindih pelaksanaan peraturan daerah dan pusat, (g) masih lemahnya daya saing koperasi baik di tingkat lokal, regional, nasional dan global, (h) rendahnya jiwa kewirausahaan anggota koperasi sehingga kemampuan untuk melakukan inovasi dan diversifikasi usaha sangat rendah, (i) dan rendahnya partisipasi anggota dalam kegiatan usaha koperasi. Pada hal ini kemajuan koperasi sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi aktif anggotanya. Bila partisipasi anggota rendah, maka bisa dipastikan koperasi tersebut tengah mengalami kendala yang nyata dan serius.
Sejalan dengan kendala dan tantangan yang dihadapi, koperasi juga mempunyai peluang diantaranya adalah
(a) adanya keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan koperasi sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN dan Propenas,
(b) adanya keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan koperasi sebagai motor penggerak perekonomian daerah,
(c) adanya kemauan politik yang luas untuk mendukung upaya pemberdayaan dan pengembangan koperasi,
(d) pengembangan usaha koperasi di bidang agrobisnis, agroindustri, kerajinan industri.
Sesuai dengan misi untuk mewujudkan kemandirian koperasi dalam menopang ekonomi nasional yang bertumpu pada SDM dan sumberdaya lokal yang produktif. Pengembangan usaha koperasi diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas usaha anggotanya, memberikan layanan yang baik untuk mendorong partisipasi aktif anggotanya, serta mampu menggalang usaha-usaha anggotanya, sehingga memiliki kekuatan tawar baik di pasar lokal maupun di pasar nasional ataupun global. Selain itu pengembangan usaha koperasi juga terkait dengan pengembangan usaha-usaha anggotanya dengan tetap berorientasi pada produk unggulan daerah, sehingga koperasi mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerahnya baik finansial maupun non finansial.
Mengacu pada kebijakan yang telah disusun, maka strategi pengembangan koperasi yang telah ditetapkan mengacu kepada tiga program pokok yaitu:
a. Penciptaan iklim usaha kondusif, yang bertujuan untuk memungkinkan terbukanya kesempatan berusaha yang seluas mungkin serta kepastian usaha, sebagai prasyarat utama untuk menjamin berkembangnya koperasi. Strategi ini antara lain mencakup kebijakan pemberian insentif dan kemudahan untuk menumbuh kembangkan usaha koperasi yang lebih luas di daerah, peningkatan kemampuan aparat dan menyederhanakan birokrasi pemerintah pusat dan daerah untuk melaksanakan fungsi sebagai fasilitator, peningkatan kemampuan dan pelibatan unsur lintas pelaku (stakeholders), peran serta masyarakat dalam pengembangan koperasi di pusat dan daerah dalam perencanaan, pelaksanaan pengendalian kebijakan termasuk mekanisme koordinasinya.
b. Memperluas akses koperasi kepada sumberdaya produktif, agar koperasi mampu memanfaatkan kesempatan, potensi sumberdaya lokal yang dimiliki untuk meningkatkan skala usahanya. Strategi ini antara lain mencakup peningkatan kemampuan lembaga layanan pengembangan usaha / lembaga pelayanan bisnis (LPB), teknologi dan informasi bagi koperasi di daerah serta penciptaan sistem jaringannya melalui perkuatan manajemen atau pendampingan lemabaga layanan pengembangan usaha tersebut.
c. Mengembangkan koperasi yang mempunyai keunggulan komperatif menjadi keunggulan kompetitif, terutama yang berbasis teknologi dan memiliki jiwa kewirausahaan. Strategi ini mencakup upaya peningkatan kualitas wirausaha koperasi sebagai badan usaha, sehingga mampu memanfaatkan potensi, keterampilan atau keahliannya untuk berkreasi, berinovasi, dan menciptakan lapangan kerja serta mengembangkan budaya berusaha.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Dampak KUR bagi Pertumbuhan Ekonomi
Dari studi yang dilakukan terhadap kehidupan usaha kecil, salah satu dari tujuh permasalahan utama yang dihadapinya selama ini adalah: kesulitan dalam mendapatkan modal dengan biaya yang murah untuk pengembangan usaha (Syafrizal Chan, 2007). Bagi usaha kecil, kebutuhan dana untuk pengembangan usaha selama ini lebih banyak disediakan sendiri dengan jumlah yang jauh dari memadai dibandingkan dengan kebutuhan sesungguhnya.
Setelah itu baru menggunakan dana dari keluarga dan kerabat, koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya, para pelepas uang (money lender) dengan biaya bunga yang tinggi, serta dari bank dan lembaga keuangan lainnya (Mudrajad Kuncoro, 2003).
Karena itu program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan yang dilakukan oleh bank-bank besar, baik oleh bank pemerintah dan bank swasta akan disambut antusias oleh para pelaku usaha kecil.
Pertanyaannya : bagaimana penyaluran kredit ini agar dapat memberikan dampak bagi percepatan pertumbuhan ekonomi?
Kredit dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam kontek akademik, pertumbuhan ekonomi hingga saat ini masih tetap digunakan sebagai salah satu indikator penting untuk melihat bagaimana prestasi dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah gambaran dari kenaikan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi selama satu tahun (Mankiw, 2003).
Sektor-sektor ekonomi dimaksud dalam perekonomian Indonesia adalah : Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik Gas dan Air Minum, Kontruksi, Perdagangan Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan Persewaan, Jasa Perusahaan, dan Jasa-jasa (sembilan sektor). Dilihat dari pelaku usaha, maka yang menghasilkan barang dan jasa tersebut adalah usaha milik negara, usaha swasta, dan koperasi.
Berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2006, dari 501.410 unit usaha yang ada di Sumatetra Barat, sebanyak 497.690 atau 99,26 % diantaranya adalah usaha kecil dan usaha mikro. Sedangkan usaha menengah dan besar hanya 3.720 atau 0,74 %.
Usaha kecil ini tersebar hampir di segala bidang kehidupan masyarakat, seperti bidang pertanian, penggalian, industri pengolahan, penyaluran gas dan air minum, kontruksi, perdagangan eceran, akomodasi makanan dan minuman, tranportasi dan komunikasi, perantara keuangan, persewaan, kesehatan serta kegiatan sosial.
Untuk membangun dan mengembangkan usaha kecil ini sangat diperlukan berbagai kebijakan, mengingat banyaknya permasalahan yang dihadapinya dalam melakukan kegiatan usaha.
Penyediaan modal dengan biaya dan persyaratan yang mudah, jelas merupakan suatu kebijakan yang akan memberikan dampak positif bagi usaha kecil dalam melakukan berbagai kegiatan usaha.
Dengan modal yang diperoleh maka akan memotivasi pelaku usaha untuk memanfaatkan berbagai peluang usaha pada lingkungannya. Menggunakan bahan baku lokal yang tersedia, memanfaatkan tenaga kerja yang melimpah untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi berbagai macam kebutuhan pasar, baik pasar lokal maupun pasar regional dan internasional.
Dewasa ini bidang-bidang usaha produksi yang sangat potensial untuk dikembangkan oleh usaha kecil adalah bidang usaha peternakan, perikanan, pertanian, kerajinan, serta aneka makanan dan minuman.
Peningkatan kegiatan usaha yang dilakukan oleh usaha kecil ini akan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam ber bagai sektor perekonomian, sehingga akan dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana Model Pertumbuhan Ekonomi yang dikemukakan oleh Harrod-Domar. Mereka menekankan betapa pentinya masyarakat untuk menabung guna mendukung kegiatan investasi yang akan mendorong pertumbuhan yang direpresentasikan oleh peningkatan pendapatan nasional. Untuk peningkatan pendapatan nasional diperlukan tambahan kapital stok dalam jumlah tertentu, sehingga terdapat rasio antara pendapatan nasional dan kapital stok (capital-output ratio).
Model Harrod-Domar menunjukkan betapa pentingnya tabungan (saving) untuk mendukung investasi guna menciptakan pertumbuhan. Menurut Domar Peningkatan tabungan akan meningkatkan kapital stok, yang berarti tersedianya dana untuk mendukung investasi. Penyaluran dana kepada dunia usaha maka akan dapat meningkatkan output yang dihasilkannya.
Peningkatan penyaluran kredit usaha rakyat dalam jumlah yang cukup besar juga diperkirakan, selain akan meningkatkan pertumbuhan, juga akan mendorong terjadinya perubahan struktur perekonomian dari sektor tradisional ke sektor moderen.
Sebagaimana teori perubahan struktural (structural-change models) yang dikemukakan oleh Athur Lewis yang menekankan pada mekanisme transformasi ekonomi dari kegiatan ekonomi pertanian subsistem menuju sektor modern yang berbasis industri manufaktur dan jasa.
Proses transformasi terjadi karena surplus tenaga kerja di sektor pertanian akan pindah ke sektor industri. Pada sisi lain keuntungan pada kegiatan industri akan digunakan untuk investasi, sehingga akan terjadi pertumbuhan sektor ini yang pada akhirnya secara bertahap akan terjadi perubahan struktur ekonomi ke arah industri.
Pertumbuhan sektor industri dengan nilai tambah tinggi akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja.
Jadi dari kedua teori yang dikemukan menunjukkan bahwa untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan akumulasi modal (capital) melalui tabungan (saving) untuk mendukung investasi. Komponen masyarakat yang mampu menabung adalah kelompok orang kaya, bukan dari kelompok orang miskin. Sehingga pertumbuhan ekonomi hanya dapat dimotori oleh kelompok masyarakat yang mampu melakukan memupukan modal.
Dalam paraktek ekonomi bahwa yang melakukan akumulasi modal orang-orang kaya adalah perbankan dan lembaga keuangan. Karena itu penyaluran dana yang sudah diakumulasi oleh perbankan dan lembaga keuangan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya apabila dana yang sudah terakumulasi tidak disalurkan atau dipersulit penyalurannya oleh perbankan dan lembaga keuangan, maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi, mempersulit penyedian lapangan kerja, dan menyesengsarakan masyarakat.
Kebijakan penyaluran Kredit Usaha Rakyat untuk mendorong Pertumbuhan Ekonomi. Terkait dengan program kredit usaha rakyat jika ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maka penyalurannya harus dilakukan dengan kebijakan sebagai berikut:
A. Mempriotaskan penyalurannya terhadap bidang-bidang usaha produktif pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri pengolahan dan kerajinan, aneka makanan dan minuman.
B. Penyalurannya dilakukan terhadap bidang-bidang usaha rakyat yang mempunyai potensi berkembang dengan baik, namun kekurangan dana untuk pembiayaannya.
C. Penyaluran kredit sebaiknya dilakukan melalui kelompok usaha dan melalui koperasi yang mempunyai anggota pelaku usaha kecil.
D. Penyaluran kredit harus diikuti dengan bantuan teknis, pelatihan dan pendampingan.
E. Penyaluran kredit kepada pelaku usaha yang belum pernah menggunakan dana perbankan untuk pembiayaan usaha, harus dilakukan dengan hati-hati, selektif dan dalam jumlah yang tidak terlalu besar untuk tiap pelaku usaha.
F. Persyaratan untuk mendapatkan kredit tidak rumit dan tidak banyak, sehingga mudah diakses oleh pelaku usaha.
G. Biaya transaksi untuk merealisasikan kredit tidak menjadi tanggungan pelaku usaha.
H. Penyaluran kredit harus dalam waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan dana bagi para pelaku usaha.
I. Harus ada tenggang waktu cicilan pengembalian pinjaman minimal enam bulan semenjak penyaluran.
J. Para pelaku usaha harus dididik untuk berhemat dan rajin menabung sebagai persiapan untuk pembentukan modal sendiri.
Sabtu, 22 Mei 2010
Sejarah Mie Instan
Ini nii ceritanya .....
Ditinggal orang tuanya, Ando yang berumur 3 tahun harus membantu neneknya mengurus rumah. Balita ingusan itupun mesti menjaga toko. Belum lagi harus mencuci pakaian dan mamasak. Hasilnya positif, ia jadi pintar masak-memasak, sebaliknya sekolahnya terlantar.
Menjadi pedagang adalah angan-angannya. Harta peninggalan orang tuanya pun digunakan untuk berdagang pakaian rajutan di Taiwan dan Osaka, Jepang. Usahanya terbilang maju. Ia pun bisa kembali ke bangku sekolah menyelesaikan pendidikan yang sempat terbengkalai.
Namun kemudian ia dituduh korupsi dalam perdagangan senjata dan onderdil pesawat. Ia lantas dijebloskan ke bui. Setelah 2 tahun hidup di Hotel Prodeo, ia pun dibebaskan. Pada 1956, satu-satunya harta yang tertinggal adalah rumah.
Masa itu Amerika Serikat sedang gencar-gencarnya menyumbangkan gandum ke Jepang yang sedang paceklik pangan. Harga terigu menjadi murah. Pemerintah Jepang pun menganjurkan rakyatnya mengonsumsi roti dan terigu sebagai pengganti nasi.
Melihat banyak orang melahap mie, di dekat toserba hankyu di Osaka, pikiran Ando terbuka. Mengapa tidak membuat mie dari terigu? Bukankah orang Jepang sangat menyukai mie.
Apalagi mie dirasa enak, murah, tahan lama, dan tidak sulit mengolahnya.
Ide liar itu terus bergulir di benaknya. Cuma ia tidak mau membikin mie biasa yang sudah banyak beredar di pasaran. Ia ingin membuat mie bentuk lain yang enak, lebih cepat dan mudah diolah, serta gampang didapat dimana-mana.
Ando mulai mewujudkan impiannya dengan membeli mesin pembuat mie dan bereksperimen membuat mie instant di emper belekang rumahnya. Mula-mula mie digoreng agar lebih awet, gurih, dan cepat diolah.
Lalu menimbang-nimbang rasa yang pas untuk kuah itu. Dipilihnya kuah ayam karena yang netral. Ando membawa contoh mie instannya ke sebuah toko serba ada. Ternyata semuanya ludes hari itu juga. Waktu itu tahun 1958.
Emperan rumahnya tak kuasa menampung pesanan. Ia memindahkan usahanya ke sebuah gudang kosong di Osaka. Di sana Ando membuat mie instant dibantu keluarganya.
Sejak itu perusahaan-perusahaan besar berebut ingin menjadi penyalur mie instannya. Desember 1958, Ando menamai perusahaannya Nissin Foods. Beberapa bulan kemudian ia pindah ke sebuah pabrik seluas 20.000m2. tahun 1960 ia membuka pabrik kedua, dan tahun berikutnya lahir pabrik baru lagi.
Meski mie instant laris manis, Ia tak bosan-bosan bereksperimen untuk terus memperbaiki mutu. Bahkan ada keinginan memperkenalkan dan mejualnya ke luar negeri.
Untuk menjajaki kemungkinan itu, ia pergi berkeliling Eropa dan Amerika tahun 1966. di sana ia melihat orang makan mie dengan garpu, tanpa kuah dan memakai piring, dan menyeruput mie dianggap tidak sopan.
Ia juga mengamati ada kaldu yang bisa dilarutkan dengan air panas tanpa harus dimasak. Ada gelas kertas sekali pakai dan kertas almunium sebagai wadah kedap udara.
Ando pun mendapat ilham membuat mie instant dalam wadah berbahan stereofoam, yang lantas ditutup rapat dengan lembaran aluminium. Mie gelas itu tidak perlu dimasak, cukup diseduh. Supaya tidak hancur terkocok-kocok, mie dibuat lebih tebal. Disediakan pula garpu untuk memakannya.
Di puncak keberhasilannya, Ando yang pada tahun 1988 genap berumur 77 tahun, membuka Foodeum di Shinjuku, Tokyo. Gedung itu disebut pula ISTANA MIE karena mempunyai beberapa restoran mie, tempat disko, dan museum mie.
Kamis, 20 Mei 2010
About KURT COBAIN
Cobain was raised by working-class parents, and his family had a musical background. His maternal uncle Chuck Fradenburg starred in a band called The Beachcombers, his Aunt Mari Earle played guitar and performed in bands throughout Grays Harbor County, and his great-uncle Delbert had a career as an Irish tenor; making an appearance in the 1930 film King of Jazz. Cobain was described as a happy, lively, and caring child. His talent as an artist was evident from an early age. His bedroom was described as having taken on the appearance of an art studio,[5] where he would accurately draw his favorite characters from films and cartoons such as Aquaman, the Creature from the Black Lagoon, and Disney characters like Donald Duck, Mickey Mouse and Pluto.[11] This enthusiasm was encouraged by his grandmother Iris Cobain, who was a professional artist herself. Cobain began developing an interest in music early in his life. According to his Aunt Mari, he began singing at two years old. At age four, Cobain began singing and playing the piano, writing a song about their trip to a local park. He would listen to artists like the Ramones[12] and sing songs like Arlo Guthrie's "Motorcycle Song," The Beatles' "Hey Jude,"Terry Jacks' "Seasons in the Sun" and the theme song to The Monkees television show at a young age.[13]
His parents divorced when he was eight years old, an event which he later said had a profound effect on his life. His mother noted that his personality changed dramatically — Cobain became more defiant and withdrawn.[14] In a 1993 interview, he elaborated:
"I remember feeling ashamed, for some reason. I was ashamed of my parents. I couldn't face some of my friends at school anymore, because I desperately wanted to have the classic, you know, typical family. Mother, father. I wanted that security, so I resented my parents for quite a few years because of that."[15]
Cobain's parents both went on to find new partners after the divorce. His father promised not to remarry; he did, however, after meeting Jenny Westeby.[16] The two Cobain males, Westeby and her two children Mindy and James moved into a new in household together. Cobain liked Westeby at first, who gave him the maternal attention he desired.[16][17] In January 1979, Westeby gave birth to Chad Cobain.[16] This new family, which Cobain insisted was not his real one, was in stark contrast the attention Cobain was used to receiving as an only child; he soon began to express resentment toward his stepmother.[16][17] His mother began dating a man who was abusive towards her. Cobain witnessed the domestic violence inflicted towards her, and there was one incident that resulted in her being hospitalized with a broken arm.[17][18] Wendy refused to press charges, and remained completely committed to the relationship.[18]
Cobain's personality continued to change, where he would behave insolently toward adults and began severely bullying another boy at school. Eventually, his father and Westeby took him to a therapist, who concluded that he was in need of a single family.[18] Both sides of the family attempted to bring his parents back together, but to no avail. On June 28, 1979, Cobain's mother granted full custody of their son to his father.[19] Cobain's teenage rebellion soon became too overwhelming for his father however, and he was placed in the care of his differing family and friends.
While living with the born-again Christian family of his friend Jesse Reed, Cobain became a devout Christian and regularly attended church services. Cobain later renounced Christianity during early adolescence, engaging in what would be described as "anti-God" rants. The song "Lithium" is about his experience while living with the Reed family. Religion would still play an important part in Cobain's personal life and beliefs, as he often used Christian imagery in his work and maintained a constant interest in Jainism and Buddhist philosophy. The band name Nirvana was taken from the Buddhist concept, which Cobain described as "freedom from pain, suffering and the external world," which paralleled with the punk rock ethic and ideology. Cobain would regard himself as both a Buddhist and a Jain during different points of his life, including through watching late night television documentaries on both subjects.[20][21][22]
Despite not being interested in sports, he was enrolled in the junior high school wrestling team at the insistence of his father. Despite being skilled, he despised the experience because of the ridicule he endured from his teammates and coach, and allowed himself to be pinned in order to spite his father. His father later enlisted him in a little league baseball team, where Cobain would intentionally strike out to avoid having to play.[23] Cobain was more interested in art instead. He often drew during school classes, including objects associated with human anatomy. When given a caricature assignment for an art course, Cobain drew a posing Michael Jackson. When his art teacher told him the caricature would be inappropriate to be displayed in a school hallway, Cobain drew an unflattering sketch of then-President Ronald Reagan.
Cobain befriended a homosexual student at school, sometimes suffering bullying from homophobic students who concluded that Cobain was gay. In a 1993 interview with The Advocate, Cobain claimed that he was "gay in spirit" and "probably could be bisexual." He also stated that he used to spray paint "God Is Gay" on pickup trucks in the Aberdeen area. However, Aberdeen police records show that the phrase for which he was arrested was actually "Ain't got no how watchamacallit".[25] One of his personal journals states, "I am not gay, although I wish I were, just to piss off homophobes."[26]
As attributed to numerous of Cobain's classmates and family members, the first concert he attended was Sammy Hagar and Quarterflash at the Seattle Center Coliseum in 1983.[5][27] Cobain, however, claimed his first attended concert to be the Melvins–an experience of which he wrote prolifically in his Journals.[28] As a teenager living in Montesano, Cobain eventually found escape through the thriving Pacific Northwest punk scene, going to punk rock shows in Seattle. Eventually, Cobain began frequenting the practice space of fellow Montesano musicians the Melvins.
During the second semester of his sophomore year, Cobain began living with his mother in Aberdeen. Two weeks prior to graduation, he dropped out of Aberdeen High School after realizing that he did not have enough credits to graduate. His mother gave him a choice: find employment or leave. After one week, Cobain found his clothes and other belongings packed away in boxes.[29] Banished from his mother's home, Cobain often stayed at friends' houses and sneaked into his mother's basement occasionally.[30] Cobain claimed that during periods while homeless, he lived under a bridge over the Wishkah River,[30] an experience that inspired the Nevermind track "Something in the Way". However, Nirvana bassist Krist Novoselic said, "He hung out there, but you couldn't live on those muddy banks, with the tides coming up and down. That was his own revisionism."[31]
In late 1986, for the first time, Cobain moved into an apartment and paid his rent by working at a Polynesian coastal resort approximately 20 miles north from Aberdeen.[32] During this period, he was traveling more frequently to Olympia, Washington, to observe rock concerts.[33] During his visits to Olympia, Cobain formed a relationship with Tracy Marander, who reportedly was the subject of the song "About a Girl", and is listed in the photo credits on the album Bleach.
After Marander had separated from him, Cobain began dating Tobi Vail, an influential DIY punk zinester of the riot grrrl band Bikini Kill. After meeting Vail, Cobain vomited due to being so overwhelmed with anxiety through his infatuation with her. This would inspire the lyric; "Love you so much it makes me sick," which would appear in the song "Aneurysm".[34] While Cobain would regard Vail as his female counterpart, his relationship with her waned: Cobain desired the maternal comfort of a traditional relationship; which Vail regarded as sexist within a countercultural punk rock community. People who dated Vail would be described by her friend Alice Wheeler as "fashion accessories."[35] They would spend most of their time as a couple discussing political and philosophical issues. Cobain's experience of his relationship with Vail would inspire the lyrical content of numerous of the songs on Nevermind. When discussing topics such as anarchism and punk rock with friend Kathleen Hanna, she once spraypainted "Kurt Smells Like Teen Spirit" on his apartment wall. Teen Spirit was the name of a deodorant Vail wore, that Hanna would joke Cobain smelled like. Cobain, however, was unaware of this, and interpreted the slogan as having a revolutionary meaning. The slogan inspired the title to the song "Smells Like Teen Spirit".
Senin, 17 Mei 2010
REVIEW PELAJARAN SOSIOLOGI POLITIK
INTRODUCTION
sociology is a young science, although his age has been progressing quite long:
since people know the cultural and civilization, the "man as a social Life" has attracted much attention, namely:
beginning the public review only people Who Are Interested in the issues That attract public attention just like for example:
- Crimes
- War
- The power of the ruling class
- The Religious
The first sociology occurred in continental Europe
development and concern for the society consists in every community in the world.
As for thoughts on society that is slowly getting the form as a science, which is then called "sociology" was the first time that happened in continental Europe, in which many businesses that are scientific and non scientific
that form of sociology as a science, which gradually and then get the shape as a stand-alone science.
Unlike in Europe, unlike in the U.S. also with sociology in the united states is linked with efforts to improve human social circumstances and as a driving force to solve problems on issues such inflicted caused by:
- Crime
- Violations
- Prostitution
- Unemployment
- Poverty
- Conflict
- War
19th century French philosopher (Auguste Comte):
Wrote several books that contain common approaches to learning communities:
- He believes that science has given precedence to the logic, and any research conducted through certain stages and then reached the last stage of the scientific stage.
- Assuming he has the time has come that all the research on social problems and the symptoms of people entering the last stage of the scientific stage.
- He suggested that all research on society upgraded to a "science of society that stand alone", which was the name given at that time that sociology (1839)
The birth of sociology recorded in 1842, when Comte published the last volume of his book entitled "positive-philosophy" which is very famous.
Since Herbert spencer develop a systematic study of society in his book entitled "Principles of Sociology" half a century later the term became more popular sociology and the sociology of thanks to his services, he also develops very rapidly.
Sociology developing rapidly with the 20th century, especially in France, Germany and the U.S..
Unlike in the UK is the science is not very rapid progress, although John Stuart Mill and Herbert Spencer is a British man who had developed the research community.
Sociology as a science
With the human mind to get science, with human feelings can achieve pleasure. Was a means to maintain and improve the science is called (logically), improve behavior, quality of art called the (ethics and aesthetics)
Elements of science:
1. knowledge
2. systematically arranged
3. menggunkan thoughts
4. can be controlled by others / general
in a simple science that include:
1. knowledge
2. methods to acquire knowledge
3. arranged systematically
in other words science is:
knowledge gained by using imiah and arranged systematically, using the power of thought and can be checked and controlled by everyone who wants to know.
NATURE SOCIOLOGY
1. sociology is a social science.
2. sociology is not a normative discipline that will be but a discipline that categorically, that means: sociology limit ourselves on what is happening today and not about what had happened.
3. sociology is a science of pure knowledge rather than applied science.
4. sociology is a science that is abstract rather than concrete science.
5. sociology aims to generate insights and general patterns.
6. sociology is an empirical science and rational.
7. general science of sociology is not a specialized science.
DEVELOPMENT OF SOCIOLOGY IN INDONESIA
1. BEGINNING OF SOCIOLOGY IN INDONESIA
- Teachings "Wulan Reh" created by Sri liege Mangkunegoro IV of Surakarta, among others, teaches:
Good relations between the Java community members who come from different factions, many contain aspects of sociology, especially in the field of intergroup relations.
- Ki Hajar Dewantoro
The main pioneer who laid the foundations for national education in Indonesia, contributed very much in sociology by the concepts of leadership and a real kinship with Indonesia that practiced in educational organizations Taman Siswa
- Then when seen from the results of the works of Dutch scholars before the second world war which took the Indonesian community as the center of attention, such as for example "Hurgonje Snouch writings, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak etc, then in the works Works rose looks the sociological elements that are used in scientific and peeled.
2. DEVELOPMENT SOCIOLOGY AFTER THE SECOND WORLD WAR
- After the proclamation of Indonesian independence on 17 August 1945, an Indonesian scholar of "Professor.. Mr. Soenario Kolopaking, for the first time giving lectures in sociology at the Academy of Political Science in 1948 in Yogyakarta, which later merged in the University of Gajah Mada University and then became the Faculty of Social and Politics.
- In 1950 the opening of opportunities for Indonesian scholars and students to study abroad. Since it began there were some people of Indonesia to deepen his knowledge of sociology, there banhkan including those who study science in particular. By increasing people to deepen and specialize in sociology then be a boost to the development and spread of the sociology of science.